Di-Bully atau Bullying adalah penindasan penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber.
Bullying dalam bentuk sosial seperti mengucilkan, dan mengabaikan orang. Di jaman yang serba teknologi ini bullying pun bisa melalui gadget, dan media sosial yang disebut Cyberbullying. Cyberbullying adalah saat seseorang dihina-hina, diteror di media sosial, atau melalui SMS, email, dan telepon. Berikut kasus kasus Bullying yang sempat menghebohkan di berita dan ternyata sangat menyedihkan untuk para korban bullying ini.
Amanda Todd Curhat di Youtube Sebelum Meninggal
Amanda Todd (15 tahun) juga merupakan contoh paling menyedihkan tentang remaja yang menjadi korban bullying di sekolahnya. Dia merupakan siswi kelas 10 di SMA Port Coquitlam, British Columbia, Kanada. Selama bertahun-tahun, Amanda di-bully teman-teman sekolahnya, baik secara langsung maupun via internet. Amanda bahkan sempat pindah sekolah untuk menghindari penindasan, namun mereka tetap saja menghina dirinya di media internet.
Tahun lalu, Amanda curhat mengenai penderitaannya dengan menggunggah video ke youtube. Dia menulis kata per kata pada selembar kertas sehingga membentuk cerita. Tak lama kemudian, ia pun nekat mengakhiri hidupnya pada 10 Oktober 2012. Sejak itu, video ini yang diunggahnya menyebar secara viral hingga akhir tahun.
Sama seperti beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Pemerintah Kanada juga peduli terhadap kasus ini. Kematian Amanda tak sia-sia, sebab Pemerintah Kanada kemudian mengeluarkan UU soal cyber-bullying, agar tak muncul lagi peristiwa serupa. Pelaku, termasuk pelajar, tetap dikenai sanksi pidana yang berat. Carol Todd, ibu Amanda, bahkan membuat LSM bernama Amanda Todd Trust, yang siap membantu para korban bullying dan terus aktif melakukan kampanye anti-bullying.
Tahun lalu, Amanda curhat mengenai penderitaannya dengan menggunggah video ke youtube. Dia menulis kata per kata pada selembar kertas sehingga membentuk cerita. Tak lama kemudian, ia pun nekat mengakhiri hidupnya pada 10 Oktober 2012. Sejak itu, video ini yang diunggahnya menyebar secara viral hingga akhir tahun.
Sama seperti beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Pemerintah Kanada juga peduli terhadap kasus ini. Kematian Amanda tak sia-sia, sebab Pemerintah Kanada kemudian mengeluarkan UU soal cyber-bullying, agar tak muncul lagi peristiwa serupa. Pelaku, termasuk pelajar, tetap dikenai sanksi pidana yang berat. Carol Todd, ibu Amanda, bahkan membuat LSM bernama Amanda Todd Trust, yang siap membantu para korban bullying dan terus aktif melakukan kampanye anti-bullying.
Carlos Vigil Posting Surat Bunuh Diri Di Twitter
Jika Anda melihat wajah Carlos Vigil (17 tahun) pada foto di atas, tentu bisa merasakan betapa gurat-gurat kesedihan tergambar jelas. Selama tiga tahun, remaja yang tinggal di Valencia County, New Mexico, Amerika Serikat, ini diejek kawan-kawannya hanya karena berjerawat dan memakai kacamata. Bahkan, dia dianggap seorang gay.
Ray Virgil, sang ayah, sangat geram mendengar anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat segera mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying. Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter.
Seperti terlihat pada teks di atas, Carlos justru minta maaf kepada teman-temannya yang bertahun-tahun menyakitinya. “Saya adalah orang yang tak memperoleh ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini,” tulisnya. Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia justru minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat seseseorang mencintainya.
“Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas sekarang. Xoxo,” kata Carlos mengakhiri suratnya.
Ketika anaknya memposting tulisan tersebut, Ray Vigil justru sedang di North Carolina dan berbicara dengan parlemen setempat membahas RUU tentang Anti-bullying. Begitu membaca posting anaknya, Ray langsung pulang ke rumah. Sayangnya, dia terlambat. Begitu tiba di rumah, dia melihat anaknya sudah meninggal.
Izzi Dix Puisi Bunuh Diri
Sebelum bunuh diri, Izzi Dix (14 tahun) menulis puisi berisi curhatnya ketika di-bully teman-temansekolahnya. Setelah dia meninggal, puisinya sengaja disebarluaskan Gabbie Dixx, ibunya, agar tak ada lagi orang-orang yang melakukan praktik bullying, karena dampaknya memang sangat buruk bagi korban.
“Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini. Tetapi inilah yang ada di fikiran putriku sebelum bunuh dini. Aku ingin semua remaja lebih berpikir tentang bahaya bullying sebelum dia melakukan tindakan itu,” ujar Gabbie.
Puisi ini ditulis Izzi setelah dia datang ke pesta yang dilakukan teman-temannya, dan dia mendapat perlakuan yang sangat buruk. Begini puisinya :
They push me away. I stand still. My eyes glazed and absent.
They start to ask questions, As to why I am there.
They begin to tell me that nobody wants me there.
They tell me to leave and that I am not wanted.
Not there, not anywhere…
Ray Virgil, sang ayah, sangat geram mendengar anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat segera mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying. Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter.
Seperti terlihat pada teks di atas, Carlos justru minta maaf kepada teman-temannya yang bertahun-tahun menyakitinya. “Saya adalah orang yang tak memperoleh ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini,” tulisnya. Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia justru minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat seseseorang mencintainya.
“Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas sekarang. Xoxo,” kata Carlos mengakhiri suratnya.
Ketika anaknya memposting tulisan tersebut, Ray Vigil justru sedang di North Carolina dan berbicara dengan parlemen setempat membahas RUU tentang Anti-bullying. Begitu membaca posting anaknya, Ray langsung pulang ke rumah. Sayangnya, dia terlambat. Begitu tiba di rumah, dia melihat anaknya sudah meninggal.
Izzi Dix Puisi Bunuh Diri
“Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini. Tetapi inilah yang ada di fikiran putriku sebelum bunuh dini. Aku ingin semua remaja lebih berpikir tentang bahaya bullying sebelum dia melakukan tindakan itu,” ujar Gabbie.
Puisi ini ditulis Izzi setelah dia datang ke pesta yang dilakukan teman-temannya, dan dia mendapat perlakuan yang sangat buruk. Begini puisinya :
They push me away. I stand still. My eyes glazed and absent.
They start to ask questions, As to why I am there.
They begin to tell me that nobody wants me there.
They tell me to leave and that I am not wanted.
Not there, not anywhere…
(Mereka memaksaku pergi. Aku berdiri dalam diam. Mataku berkaca-kaca, hening.
Mereka bertanya, mengapa aku di sana.
Mereka memberitahuku, tak seorangpun menginginkanku di sana.
Mereka memberitahuku agar segera enyah, tetapi aku tak ingin.
Tak ada, tidak di mana saja…)
Ryan dan Amber Menulis Surat Untuk Sinterklas
Ryan dan Amber adalah anak kembar berbeda jenis kelamin dan berumur 8 tahun. Suatu hari, Ryan menulis surat untuk Santa Claus (Sinterklas), mengenai perlakuan buruk teman-temannya terhadap Amber:
“Dear Santa. Ibu menyuruhku untuk mengirim surat mengenai daftar permintaan pada Hari Natal. Aku ingin mobil-mobilan dan helikopter, tapi aku tidak mau hal itu lagi. Anak-anak di sekolah terus memperlakukan Amber dengan buruk, dan itu tak adil. Aku telah berdoa pada Tuhan, tapi sepertinya Dia sibuk dan aku membutuhkan bantuanmu.”
Isi surat ini sepertinya lucu, tetapi sebenarnya sangat menyentuh. Dengan kepolosannya, Ryan tidak lagi menginginkan aneka mainan. Dia justru memberikan empati luar biasa terhadap kembarannya, Amber, yang terus-menerus di-bully teman-teman sekolahnya.
Amber selalu diejek teman-temannya sebagai gadis cilik gendut dan hiperaktif. Tentu yang membaca surat ini bukanlah Sinterklas, melainkan ibunya sendiri. Berkat surat dari Ryan, Ibu segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Amber dari praktik bullying ini, yaitu memindahkannya ke sekolah lain.
Whitney Kropp Dikerjain Sebagai Ratu Pesta
Kisah ini mungkin sepele, tetapi cobalah Anda (terutama cewek) berada pada posisi Whitney Kropp. Gadis berumur 16 tahun ini sekolah di Ogemaw Heights High School, salah satu SMA cukup terkenal di daerah West Branch, Michigan, Amerika Serikat.
Menjelang digelar pesta besar di sekolahnya, Whitney dikabari teman-temannya dinobatkan sebagai ratu pesta, sehingga diminta berdandan secantik mungkin saat pesta nanti. Siapa yang tak bangga terpilih jadi ratu pesta? Maka, Whitney pun berdandan habis-habisan. Bahkan dia membeli gaun dan sepatu baru, serta mendatangi salon yang mahal, agar penampilannya terlihat cantik bak putri kerajaan.
Ketika pesta digelar, Whitney yang terlanjur berdandan cantik ini dengan tenang berjalan ke tengah lapangan sekolahnya. Seketika itu juga, muncul tawa ejekan dari teman-temannya. Ah, ternyata dia sedang dikerjain teman-temannya, terutama dari salah satu geng di sekolah yang selama ini sering melakukan praktik bullying terhadap Whitney. Kasus yang sepertinya sepele ini kemudian mencuat di berbagai media, terutama media online, dan mengundang simpati dari berbagai kalangan. Praktik penindasan di sekolah yang marak akhir-akhir ini memang membuat berbagai pihak merasa gerah.
Banyak sekali orang yang tersentuh melihat derita Whitney. Bahkan lebih dari 1.000 orang datang ke rumahnya, hanya untuk memberi dukungan terhadap Whitney. Mereka lalu membuat Facebok page untuk mendukung Whitney Kropp. Dalam waktu singkat, 44.000 orang mengklik Like pada halaman Facebook tersebut. Bahkan pemerintah lokal ikut memberikan dukungan, termasuk mengganti seluruh biaya pembelian gaun dan sepatu yang telah dikeluarkan Whitney, hingga biaya perawatan salon dan makan malam saat pesta digelar.
Debbie Piscitella Ditahan Karena Membela Anak
Kisah ini juga merupakan ekses dari perlakuan bullying di sekolah. McKenna (13 tahun) setiap hari diejek teman-teman sekolahnya, melalui komentar-komentar negatif di media sosial Facebook. Setiap kali update status, teman-teman sering menghinanya di media yang bebas dibaca orang lain. Terkadang, teman-temannya membicarakan McKenna dalam status mereka.
Sebenarnya McKenna sudah mengadukan masalah ini ke pihak sekolah, bahkan sudah melapor pula ke polisi dengan pasal cyber-bullying, namun tidak pernah mendapat tanggapan. Sang ibu, Debbie Piscitella, akhirnya bertindak sendiri. Ketika jalan-jalan di sebuah mal di St Petersburg, Florida, Amerika Serikat, Debbie langsung mencekik leher remaja ABG berumur 14 tahun, yang tidak lain adalah teman sekolah anaknya, dan paling getol melakukan bullying terhadap McKenna.
Tak terima dengan perlakuan ini, cowok tanggung itu melapor ke polisi. Debbie pun ditahan, dan ini mengundang reaksi luar biasa di kalangan pemerhati pendidikan, bahkan pejabat pemerintah serta senator. “Begitu melihat remaja yang sering menghina anak saya, saya begitu emosional dan secara refleks mencekiknya,” kata Debbie membela diri.
Namun karena kasus ini di-blow-up habis-habisan oleh sejumlah media sosial, polisi seperti gamang meneruskan kasus ini. Setelah membayar uang jaminan, Debbie pun dibebaskan, dan sudah menulis surat pernyataan penyesalan telah mencekik pelaku bullying terhadap anaknya. “Saya benar-benar tidak tega melihat putri saya selalu menyalahkan diri sendiri, karena setiap hari menerima komentar negatif itu,” tutur Debbie.
Mereka bertanya, mengapa aku di sana.
Mereka memberitahuku, tak seorangpun menginginkanku di sana.
Mereka memberitahuku agar segera enyah, tetapi aku tak ingin.
Tak ada, tidak di mana saja…)
Ryan dan Amber Menulis Surat Untuk Sinterklas
“Dear Santa. Ibu menyuruhku untuk mengirim surat mengenai daftar permintaan pada Hari Natal. Aku ingin mobil-mobilan dan helikopter, tapi aku tidak mau hal itu lagi. Anak-anak di sekolah terus memperlakukan Amber dengan buruk, dan itu tak adil. Aku telah berdoa pada Tuhan, tapi sepertinya Dia sibuk dan aku membutuhkan bantuanmu.”
Isi surat ini sepertinya lucu, tetapi sebenarnya sangat menyentuh. Dengan kepolosannya, Ryan tidak lagi menginginkan aneka mainan. Dia justru memberikan empati luar biasa terhadap kembarannya, Amber, yang terus-menerus di-bully teman-teman sekolahnya.
Amber selalu diejek teman-temannya sebagai gadis cilik gendut dan hiperaktif. Tentu yang membaca surat ini bukanlah Sinterklas, melainkan ibunya sendiri. Berkat surat dari Ryan, Ibu segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Amber dari praktik bullying ini, yaitu memindahkannya ke sekolah lain.
Whitney Kropp Dikerjain Sebagai Ratu Pesta
Menjelang digelar pesta besar di sekolahnya, Whitney dikabari teman-temannya dinobatkan sebagai ratu pesta, sehingga diminta berdandan secantik mungkin saat pesta nanti. Siapa yang tak bangga terpilih jadi ratu pesta? Maka, Whitney pun berdandan habis-habisan. Bahkan dia membeli gaun dan sepatu baru, serta mendatangi salon yang mahal, agar penampilannya terlihat cantik bak putri kerajaan.
Ketika pesta digelar, Whitney yang terlanjur berdandan cantik ini dengan tenang berjalan ke tengah lapangan sekolahnya. Seketika itu juga, muncul tawa ejekan dari teman-temannya. Ah, ternyata dia sedang dikerjain teman-temannya, terutama dari salah satu geng di sekolah yang selama ini sering melakukan praktik bullying terhadap Whitney. Kasus yang sepertinya sepele ini kemudian mencuat di berbagai media, terutama media online, dan mengundang simpati dari berbagai kalangan. Praktik penindasan di sekolah yang marak akhir-akhir ini memang membuat berbagai pihak merasa gerah.
Banyak sekali orang yang tersentuh melihat derita Whitney. Bahkan lebih dari 1.000 orang datang ke rumahnya, hanya untuk memberi dukungan terhadap Whitney. Mereka lalu membuat Facebok page untuk mendukung Whitney Kropp. Dalam waktu singkat, 44.000 orang mengklik Like pada halaman Facebook tersebut. Bahkan pemerintah lokal ikut memberikan dukungan, termasuk mengganti seluruh biaya pembelian gaun dan sepatu yang telah dikeluarkan Whitney, hingga biaya perawatan salon dan makan malam saat pesta digelar.
Debbie Piscitella Ditahan Karena Membela Anak
Sebenarnya McKenna sudah mengadukan masalah ini ke pihak sekolah, bahkan sudah melapor pula ke polisi dengan pasal cyber-bullying, namun tidak pernah mendapat tanggapan. Sang ibu, Debbie Piscitella, akhirnya bertindak sendiri. Ketika jalan-jalan di sebuah mal di St Petersburg, Florida, Amerika Serikat, Debbie langsung mencekik leher remaja ABG berumur 14 tahun, yang tidak lain adalah teman sekolah anaknya, dan paling getol melakukan bullying terhadap McKenna.
Tak terima dengan perlakuan ini, cowok tanggung itu melapor ke polisi. Debbie pun ditahan, dan ini mengundang reaksi luar biasa di kalangan pemerhati pendidikan, bahkan pejabat pemerintah serta senator. “Begitu melihat remaja yang sering menghina anak saya, saya begitu emosional dan secara refleks mencekiknya,” kata Debbie membela diri.
Namun karena kasus ini di-blow-up habis-habisan oleh sejumlah media sosial, polisi seperti gamang meneruskan kasus ini. Setelah membayar uang jaminan, Debbie pun dibebaskan, dan sudah menulis surat pernyataan penyesalan telah mencekik pelaku bullying terhadap anaknya. “Saya benar-benar tidak tega melihat putri saya selalu menyalahkan diri sendiri, karena setiap hari menerima komentar negatif itu,” tutur Debbie.
Jade Stringer Diteror Karena Terlalu Cantik
Ada yang salah? Mestinya, tiga kelebihan di atas membuat seseorang merasa bangga, karena orang lain pun pasti menginginkannya. Tapi justru karena kecantikan, aktivitas, dan kampanye anti-bullying inilah yang membuat beberapa temannya iri dan tidak suka terhadap Jade. Dia terus-menerus diteror kawan-kawannya, dan hal itu membuat Jade tak tahan lagi.
Akhir cerita mirip dengan Carlos Vigil. Ya, Jade akhirnya ditemukan tewas gantung diri, karena sudah tak sanggup lagi menahan ejekan dan hinaan dari teman-temannya di sekolah. Upacara pemakaman Jade berlangsung sangat mengharukan.
Kembali tidak bosan bosannya kami kumandangkan kata STOP KEKERASAN, STOP BULLYING karena kita semua adalah saudara. Jangan pernah menyakiti sesama apapun bentuknya. Mari ciptakan perdamaian.
Baca Juga Kisah Dukun Paling Cabul Di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar